The Closed House Chicken Farm Melayani Jasa Pembuatan Kandang Ayam Closed House. Dan menyediakan berbagai macam kebutuhan Equipment & peralatan kandang ayam Closed House.
Wednesday, December 16, 2009
Monday, December 14, 2009
Sejarah Keberadaan Ayam Broiler
Tidak semua orang memahami asal-muasal atau seluk-beluk
perkembangan ayam broiler, meskipun hampir setiap harinya orang mendengar atau
bahkan bisa jadi mengkonsumsi daging dan telur ayam broiler. Bagi mereka
ketidakpahaman tersebut memang tidak perlu dipersoalkan, tetapi bagi peternak
atau calon peternak pengetahuan tentang asal-muasal atau seluk-beluk
perkembangan ayam broiler dari waktu ke waktu penting dimiliki. Hal itu penting
karena pemahaman yang baik tentang karakteristik atau sifat-sifat ayam broiler
dapat membantu dalam melancarkan usahanya dalam beternak ayam broiler, baik
untuk tipe ayam pedaging maupun petelur. Terlebih lagi, pemahaman mengenai
jenis-jenis ayam broiler yang unggul perlu diketahui oleh setiap peternak agar
dalam usaha ternaknya dapat mendatangkan
keuntungan.
Berkaitan dengan hal itu saat ini dikenal adanya istilah
ayam broiler komersial karena usaha peternakan hewan unggas ini tidak terlepas
dari orientasi atau tujuan mendatangkan keuntungan. Dengan pernyataan lain,
usaha peternakan ayam broiler tidak hanya diperuntukkan bagi konsumsi sendiri
melainkan untuk diperjualbelikan atau diperdagangkan sehingga diperoleh suatu
keuntungan finansial (keuangan).
Usaha peternakan ayam broiler komersial dewasa ini tumbuh
subur dibeberapa negara, termasuk di Indonesia. Usaha peternakan ayam broiler
komersial dilakukan menggunakan strains
atau bibit ayam broiler unggulan. Strains ayam broiler unggulan diperoleh dari
usaha penyilangan ayam unggulan. Semula strains ayam broiler unggulan diperoleh
dengan melakukan penetasan alami atau menitipkan pada induk ayam. Pada
perkembangan waktu-waktu selanjutnya yakni pada tahun 1844, di amerika
didirikan pabrik penetasan (hatcheri) telur ayam untuk pertama kali. Saat ini
telah dikenal berbagai jenis strains ayam broiler unggul yang dikembangkan di
berbagai negara. Contohnya, di Italia dikenal terdapat strains ayam Leghorn
paling diunggulkan dan banyak dikembangkan sebagai hewan unggas yang
diternakkan secara komersial.
Di Amerika Serikat terdapat beberapa jenis atau strains ayam
unggulan seperti Rhode Island Red, Cobb,
Arbor Arcres, dan Avian yang
sekarang ini diunggulkan dan banyak diternakkan secara komersial. Di Australia
saat ini terdapat strains Australorp sebagai primadona hewan unggas untuk
diternakkan secara komersial. Di Prancis mempunyai strains ayam unggulan yang
dinamakan Isa Veddete dan Shaper. Di Belanda dikenal strains ayam
Hybro dan Hubbart sebagai strains ayam yang diunggulkan untuk diternakkan
secara komersial, dan masih banyak lagi yang lain.
Perkembangan dan penyebaran ayam broiler komersial ke
seluruh dunia amat disokong oleh diberlakukannya sistem pasar bebas di era
globalisasi. Para ahli genetika secara terus-menerus dilakukan penelitian,
persilangan, dan seleksi yang ketat sehingga pada akhirnya dihasilkan varietas
ayam broiler unggulan yang khusus menghasilka salah satu produk komersial yaitu
daging atau telur. Trend beternak ayam broiler komersial waktu-waktu
selanjutnya dilakukan lebih khusus, misalnya beternak ayam broiler komersial
penghasil daging atau telur saja, tidak kedua-duanya. Dengan begitu hasilnya
dapat maksimal.
Dewasa ini telah dihasilkan tidak kurang dari tiga ratus
bibit ayam broiler murni dan varietas ayam terseleksi dari potensi genetikanya.
Jenis atau varietas ayam broiler unggulan tersebut telah menyebar ke seluruh
dunia, termasuk Indonesia. Beberapa potensi genetik pada ayam broiler
unggulan yang telah ditingkatkan tersebut meliputi ukuran
tubuh ayam broiler unggulan lebih besar, ayam memiliki proporsi daging karkas
yang tinggi, ayam memiliki kerangka tulang yang lebih kuat, pertumbuhan badan
ayam terhitung lebih cepat, ayam mempunyai warna kulit putih atau kuning yang
bersih, lebih tahan terhadap penyakit, dan yang lebih penting sebagai ayam
broiler komersial memiliki konversi pakan yang baik sehingga lebih mendatangkan
keuntungan besar bagi setiap peternak.
Perkembangan ayam broiler di Indonesia dapat dimulai abad
ke- 19. Pada saat itu benua Eropa dan ebnua Amerika sangat familiar dengan ayam
Sumatra. Kondisi tersebut mendorong para pakar perunggasan kedua benua tersebut
untuk melakukan penelitian terhadap ayam Sumatra. Pada abad ke-20 para pakar
kedua benua itu menugaskan salah seorang pakar perunggasan yang terkenal pada
waktu itu bernama J.F. Mohede mengadakan penelitian tentang ayam Sumatra.
Beberapa jenis ayam Sumatra memang terkenal di masa lalu karena berbagai
kelebihannya. Selain meneliti ayam Sumatra, pakar dari negara asing itu juga
meneliti ayam Kedu. Bahkan tidak hanya J.F. Mohede yang mengadakan penelitian
terhadap ayam Kedu, tetapi juga disertai ahli yang lain yakni J. Menkens.
Penelitian kedua orang pakar perunggasan tersebut dilakukan pada tahun 1937.
Saat itu ayam Kedu terkenal mempunyai kelebihan-kelebihan atau
keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan ayam yang lain, di antaranya tahan
terhadap berbagai jenis penyakit, tingkat pertumbuhan tinggi, produksi telur
tinggi, cita rasa daging yang enak, dan pemeliharaan yang mudah. Tidak heran
jika ayam Kedu merupakan salah satu nenek moyang dari ayam ras yang terbentuk
di Amerika dan Inggris seperti ayam Sussex,
ayam Cornish, ayam Orpington, ayam Australorp, dan ayam Dorking.
Perkembangan populasi ayam komersial di Indonesia tercatat
dimulai pada pertengahan dasawarsa 1970-an. Perkembangan itu mencapai puncaknya
pada awal 1980-an. Faktor-faktor yang menentukan perkembangan populasi ayam
broiler komersial di berbagai daerah di Indonesia antara lain sejalan dengan
pertumbuhan populasi penduduk, pergeseran gaya hidup, tingkat pendapatan,
perkembangan situasi ekonomi dan politik, serta kondisi keamanan suatu wilayah
atau daerah di Indonesia. Daerah perkembangan ayam broiler saat itu belum
merata di seluruh wilayah Indonesia. Daerah pusat penyebaran ayam broiler di
wilayah Indonesia. Daerah pusat penyebaran ayam broiler di wilayah Indonesia
bagian Bbarat meliputi wilayah Pulau Jawa dan sebagian Sumatra.
Mengapa hanya terjadi di kedua wilayah tersebut, yaitu Pulau
Jawa dan sebagian Sumatra? Hal itu disebabkan hampir semua perusahaan
pembibitan ayam broiler komersial dan pangsa pasar terbesarnya di dominasi di
kedua wilayah itu. Berkaitan dengan pangsa pasar terbesar berada di pulau Jawa
lebih disebabkan penduduk di Pulau Jawa merupakan terbanyak jumlahnya di
Indonesia. Dengan demikian dapat dimaklumi bahwa produksi ayam briler terbesar
berada di Pulau Jawa. Beberapa contoh perusahaan yang memproduksi bibit ayam
broiler dan strains komersial di antaranya PT. Anwar Sierads yang berlokasi di
Jawa Barat memproduksi strains Cobb,
PT. Charoen Pokphand Indonesia yang berlokasi di Jawa Barat dan Jawa Timur
memproduksi strains AA, Avian, Cobb, dan Hubbard. Strains Cobb
juga diproduksi oleh PT. Leong Ayam Satu P. yang berlokasi di Jawa Barat, PT.
Wonokoyo Jaya Farm yang berlokasi di Jawa Barat yang juga memproduksi strains Hubbard, dan PT. Galur P. Cobbindo yang
berlokasi di Jawa Barat. Sementara PT. Pet. Ayam Manggis yang berlokasi di Jawa
Barat memproduksi strains Hybro, PT.
Kerta Mulya Sejahterayang berlokasi di Jawa Barat strains Hubbard, dan PT. Cibadak Indah Sari Farm yang berlokasi di Jawa
Barat merupakan produsen strains Ross.
Perkembangan pesat ayam broiler komersial di Indonesia terjadi di Pulau Jawa
disebabkan konsumen ayam broiler paling banyak terdapat di Pulau Jawa. Hal itu
amat sesuai dengan karakteristik atau sifat dari ayam broiler itu sendiri yakni
produksi ayam broiler sesungguhnya tidak menghendaki terlalu jauh dari
konsumen. Hal tersebut dikarenakan dua alasan pokok yaitu sifat ayam broiler
itu sendiri dan karena pertimbangan biaya transportasi. Ayam broiler merupakan
produk peternakan yang pada umumnya mempunyai sifat mudah rusak. Ayam broiler
hasil panen yang terlalu lama dalam perjalanan menuju ke tempat konsumen atau
pengolahan bisa mati dijalan akibat kepanasan, kehausan, kelaparan, atau
stress. Demikian pula bibit ayam atau Day Old Chick (D.O.C) yang dikirim menuju
farm yang terlalu jauh juga riskan
kematian. Sedangkan biaya transportasi menjadi pertimbangan penting dalam usaha
peternakan ayam broiler komersial. Jarak antara konsumen dengan produsen yang
terlalu jauh akan memperbesar biaya transportasi sehingga mengurangi bahkan
meniadakan keuntungan dalam usaha. Perkembangan
populasi ayam broiler di wilayah lain, yaitu di Indonesia bagian tengah
meliputi daerah di propinsi-propinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan
Kalimantan Timur. Sedangkan di wilayah Indonesia bagian timur meliputi daerah-daerah
di Pulau Sulawesi.
Mengingat pentingnya ayam sebagai sumber protein hewani bagi
manusia dan dapat diusahakan (dibesarkan) dalam waktu relatif singkat, maka
hewan unggas ini menjadi tumpuan pilihan dan banyak diternakkan secara
komersial di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Cepatnya masa panen
yang dicapai dari usaha pembesaran ayam brolier menjadikannya hewan unggas
tersebut sebagai primadona para peternak ayam. Ayam ras brolier atau pedaging
sempat menjadi idola karena pada umur 39 – 40 hari bisa mencapai bobot 1,8kg.
Padahal bobot yang sama baru bisa dicapai ayam kampung biasa pada umur lebih
dari 3 bulan. Bahkan kini ayam broiler modern bisa mencapai bobot yang sama
pada umur 31 – 32 hari. Dengan kata lain, ayam broiler yang dipelihara saat ini
lebih cepat besar dibandingkan ayam broiler zaman dulu atau ayam broiler
klasik.
Sejalan dengan hal itu mendorong peternak ayam broiler
meningkatkan terus kapasitas usahanya sehingga akan dapat memenuhi permintaan
pasar akan daging ayam broiler yang berkualitas baik. Sampai saat ini belum
semua permintaan pasar akan daging ayam broiler dapat dipenuhi. Terbuka peluang
yang cukup besar untuk mengusahakan atau beternak ayam broiler komersial. Usaha
peternakan ayam pedaging atau sering disebut dengan ayam broiler komersial
merupakan usaha yang sangat menguntungkan. Mengapa begitu? Dalam perhitungan di
atas kertas, usaha ternak ayam broiler komersial menjanjikan perputaran modal
yang relatif cukup singkat dan cepat (35 – 40 hari). Dapat dibayangkan dalam
waktu kurang dari satu setengah bulan ayam broiler modern telah dapat dipanen.
Artinya dalam kurun waktu lurang dari satu setengah bulan peternak ayam broiler
komersial telah dapat mengantongi keuntungan dari usaha peternakannya. Pemanenan
ternak ayam komersial pada umur 30 – 35 hari sering disebut produksi ‘ayam
kecil’. Ayam jenis ini biasanya dipelihara diarea panas atau dekat dengan kota
besar. Langkah ini ditempuh atau dipilih peternak untuk memenuhi tuntutan
kebutuhan akan daging ayam broiler dengan waktu relatif singkat. Selain
produksi ‘ayam kecil’, di pasaran beredar pula ‘ayam besar’ dengan kisaran
berat antara 2 – 2,5kg. Ayam broiler yang demikian ini dipanen pada umur
pemeliharaan dalam kandang sekitar 40 hari.
Tingkat kecepatan produksi pada ayam broiler sangat
ditentukan oleh faktor genetis yang terdapat pada diri ayam broiler tersebut.
Faktor genetis tersebut dikondisikan melalui penelitian-penelitian yang
dilakukan oleh para pakar unggas secara terus-menerus dan berkesinambungan.
Para ahli terus-menerus melakukan perbaikan genetis untuk menghasilkan bibit
ayam broiler komersial yang semakin unggul. Setiap tahun, bisa dikatakan
pencapaian pertumbuhan broiler secara genetis maju 1 hari. Sebagai gambarannya,
dalam 50 tahun terakhir laju pertumbuhan broiler maju 50 hari untuk mencapai
bobot badan yang sama. Sampai-sampai para ahli genetika membuat guyonan bahwa
apabila sekarang ayam umur 35 hari bisa mencapai bobot 1,7kg, maka dalam 35
tahun ke depan , ayam yang hari ini beru menetas – besok beratnya sudah
mencapai 1,7kg. Tentu hal tersebut belum tentu benar, namun berkat jerih payah
atau kerja keras mereka itulah pada saat ini diperoleh varietas ayam broiler
unggul. Semua dapat terjadi tidak dapat dilepaskan dari peran kemajuan di
bidang ilmu dan teknologi akhir-akhir ini. Sejatinya kemajuan di bidang
peternakan ayam karena adanya dukungan perkembangan teknologi dunia.
Dilihat dengan menggunakan kacamata ekonomi beternak ayam
terutama ayam broiler skala komersial nyata-nyata memberikan banyak kenuntungan
secara finansial dan bisa menjadi tambatan mencari nafkah. Selain itu, beternak
ayam mengandung kearifan lokal di antaranya untuk memenuhi kebutuhan khalayak
luas akan protein hewani, dapat menyerap tenaga lokal, mulai dari pembangunan
kandang , pemeliharaan/pembesaran ternak, sampai tahap pemanenan hasil dan
penanganan pasca panen, membangun kerjasama sinergis dengan petani yang
menghasilkan sekam (padi) dan tanaman keras seperti kayu, bambu, dan lain-lain
untuk pembuatan kandang ayam, kotoran ayam dapat digunakan sebagai pupuk
kandang tanaman budidaya oleh petani, dan lain-lain.
Secara kualitatif dapat dinyatakan bahwa hingga saat ini
kebutuhan akan daging ayam broiler sebagai sumber bahan makanan yang kaya zat
protein terus mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan jumlah pnduduk
dan kenaikan taraf ekonomi masyarakat. Dengan demikian usaha di bidang ternak
ayam broiler penghasil daging memiliki prospek yang cerah untuk dikembangkan
dan akan menghasilkan keuntungan finansial bagi peternaknya.
Subscribe to:
Posts (Atom)